Masalah kegemukan atau obesitas merupakan suatu masalah
yang cukup merisaukan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Dengan
melihat fenomena yang terjadi sekarang, maka berlebihan jika menyebut
obesitas sebuah epidemik yang perlu diwaspadai semua orang.
Indonesia sebagai negara berkembang kini dihadapkan pada persoalan beban ganda (double burden),
dimana satu sisi masalah anak kurang nutrisi masih banyak terjadi,
namun di sisi lain jumlah anak dengan obesitas juga kian meningkat.
Masalah kegemukan bisa terjadi pada siapa saja. Menurut Dr. dr.
Damayanti Rusli Sjarif SpA (K) selaku spesialis anak konsultan nutrisi
dan penyakit metabolik Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), obesitas
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk faktor genetik dan
lingkungan.
1. Genetik
Kegemukan bisa diturunkan dari generasi sebelumnya pada generasi
berikutnya dalam sebuah keluarga. Tak jarang kita sering melihat
orangtua yang gemuk cenderung memiliki anak-anak yang gemuk pula.
"Anak-anak yang menderita obesitas biasanya memiliki orangtua
yang menderita obesitas pula. Jika salah satu orangtua menderita
obesitas, maka anak memiliki risiko 40 persen menderita obesitas.
Sementara jika kedua orangtuanya menderita obesitas, maka resikonya
meningkat menjadi 70 persen," papar Dr. Damayanti dalam acara 'Nutritalk
Sari Husada', Jumat (9/3).
Dr. Damayanti menambahkan bahwa anak-anak yang menderita obesitas
rentan mengalami masalah psikososial. Sekitar 27,7 persen anak obesitas
memiliki masalah emosional dan perilaku.
2. Faktor Lingkungan
Jika genetik hanya memegang 10 persen dari penyebab masalah
obesitas secara global, maka faktor lingkungan justru memegang peranan
yang cukup berarti, bahkan hingga 90 persen. Lingkungan di sini termasuk
gaya hidup, pola makan, sikap, pengetahuan serta peningkatan
pendapatan.
Sebuah penelitian terhadap tiga sekolah umum di Jakarta pada
tahun 2002 menemukan sekitar 64 persen anak-anak sekolah memiliki lebih
dari 120 persen lemak dan karbohidrat dalam tubuhnya. Hal ini disebabkan
faktor lingkungan yang bisa memicu obesitas.
"Di sekolah, kebanyakan kantin menjual pizza, burger dan makanan
lain, dimana mengandung hingga 50 persen lemak. Di rumah, karena
orangtuanya sibuk malah jadi kebiasaan memesan melalui delivery service," papar Dr. Damayanti.
Tak hanya itu, tingkat perekonomian keluarga yang berkecukupan
juga menjadi faktor penyebabnya. "Tiap akhir pekan atau libur sekolah
mainnya ke mall dan makan di restoran siap saji. Terlebih lagi banyaknya
promo di restoran, seperti paket hemat yang berhadiah makanan, justru
membuat anak tergiur dan membuat berat badan anak naik," tambahnya.
Dr. Damayanti juga menyayangkan sikap orangtua yang overprotektif sehingga
menjuruskan anak pada penurunan aktifitas fisik, seperti ke sekolah
dengan diantar jemput naik kendaraan, padahal bisa jalan kaki atau naik
sepeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar